ANALISIS PROSPEK CENGKIH DI INDONESIA (Analysis of Clove Prospects in Indonesia)

Indonesian Abstract: Tanaman cengkih (Syzygium aromaticum) merupakan tanaman yang berasal dari Indonesia yang digunakan sebagai rempah atau bumbu masakan dan Indonesia merupakan produsen cengkih terbesar dunia yang menyediakan lebih dari 70% kebutuhan dunia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana prospek produksi cengkih di Indonesia di masa depan. Penelitian ini menggunakan metode regresi linier sederhana dan analisis SWOT. Metode regresi linier digunakan untuk memprediksi produksi cengkih di Indonesia pada tahun 2050, sedangkan analisis SWOT digunakan untuk menentukan kekuatan, kelemahan, peluang dan acaman perkembangan cengkeh di Indonesia. Berdasarkan hasil prediksi peningkatan produksi cengkih di Indonesia pada 2021-2050 dengan menggunakan analisis regresi sederhana melalui penggunaan data produksi cengkih 1990-2020, maka produksi cengkih Indonesia akan meningkat secara memuaskan. Berdasarkan grafik, pada 2050 produksi cengkih di Indonesia mencapai 190.413 ton dan akan tetap menjadi produksi cengkih pertama terbesar dunia. Peramalan produksi cengkih ini dilakukan untuk mengetahui prediksi produksi cengkih di masa depan dan memberikan referensi pertanian kepada pemerintah dan petani. Negara tujuan ekspor antara lain India, Vietnam,Arab Saudi, Pakistan, dan beberapa negara Uni Eropa seperti Jerman, Belanda dan Inggris. Produksi di Indonesia pada tahun 2020 mencapai 133.604 ton sedangkan jumlah penduduk dunia pada tahun 2020 mencapai 7,79 MT dengan menguasai 72% produksi cengkih dunia. Agar tetap dapat memenuhi kebutuhan cengkih dunia pada 2050 dan tetap sebagai produsen pertama dunia maka produksi Indonesia harus mencapai 170,041 MT karena jumlah penduduk dunia pada 2050 mencapai 9,8 M. Namun, ternyata, prediksi produksi Indonesia pada 2050 adalah sebesar 190.413 MT, sehingga kemampuan Indonesia menyediakan cengkih kepada dunia bertambah, dari 70% menjadi 81 %. Berdasarkan analisis SWOT tentang strategi pengembangan cengkih, Indonesia beradadalam kuadran III yaitu mendukung strategi turn around, yaitu Indonesia mempunyai peluang pasar yang besar, akan tetapi di sisi lain Indonesia juga mengalami hambatan-hambatan yang berasal dari internal. Indonesia memang masih mempunyai ancaman dan kelemahan, tetapi masih ada juga sejumlah kekuatan dan peluang yang bisa dimanfaatkan untuk pengembangan cengkih Indonesia. Indonesia sanggup memanfaatkan dan mengoptimalkan peluang yang ada melalui perbaikan dengan mengatasi kelemahan, yaitu meningkatkan kualitas menjadi salah satu cara untuk mengembangkan cengkih sehingga harga cengkih menjadi lebih baik. Petani biasanya tidak memikirkan kualitas cengkih yang mereka hasilkan sehingga mereka : (1) tidak melakukan hal yang benar setelah panen (2) tidak melakukan proses pembungaan cengkih yang baik (3) Tidak memilih bibit yang baik sehingga kualitas benih cengkih menjadi kurang baik, Dengan demikian, permasalahan yang dihadapi petani adalah tidak menggunakan bibit yang berkualitas sehingga membuat tanaman mudah terserang penyakit dan menghasilkan hasil produksi yang kurang optimal. Pemanfaatan cengkih bertambah jika digunakan selain dari industri rokok adalah pada industri makanan dan minuman, industri kosmestik, industri farmasi dan industri kimia lainnya. Industri makanan menggunakan minyak cengkih sebagai penyedap atau penambah cita rasa pada makanan cengkih biasanya digunakan untuk membuat masakan sup seperti semur, kari, dan gulai. Selain itu, cengkih juga bisa digunakan untuk membuat kue kering seperti nastar. Dengan pemanfaatan cengkih yang lebih besar, ditambah kualitas cengkih menjadi meningkat, maka harga cengkih menjadi lebih baik, sehingga akan membawa kepada kesejahteraan petani cengkih dan memberi reputasi Indonesia sebagai penghasil cengkih dunia.

English Abstract: The clove plant (Syzygium aromaticum) is a plant originating from Indonesia which is used as a spice or seasoning for cooking and Indonesia is the world's largest producer of cloves which provides more than 70% of the world's needs. This study aims to determine the future prospects for clove production in Indonesia.This study uses a simple linear regression method and SWOT analysis. The linear regression method is used to predict clove production in Indonesia in 2050, while the SWOT analysis is used to determine the strengths, weaknesses, opportunities and threats to clove development in Indonesia.Based on the predicted results of increasing clove production in Indonesia in 2021-2050 using simple regression analysis through the use of clove production data for 1990-2020, Indonesian clove production will increase satisfactorily. Based on the chart, in 2050 clove production in Indonesia will reach 190,413 tons and will remain the first largest clove production in the world. Forecasting clove production is done to determine predictions of future clove production and to provide agricultural references to the government and farmers. Export destination countries include India, Vietnam, Saudi Arabia, Pakistan, and several European Union countries such as Germany, the Netherlands and the UK.Production in Indonesia in 2020 reached 133,604 tons while the world population in 2020 reached 7.79 MT, controlling 72% of world clove production. In order to continue to meet the world's need for cloves in 2050 and remain as the world's first producer, Indonesia's production must reach 170,041 MT because the world's population in 2050 will reach 9.8 M. Indonesia supplies cloves to the world increased, from 70% to 81%.Based on the SWOT analysis of the clove development strategy, Indonesia is locatedin quadrant III, namely supporting the turn around strategy, namely Indonesia has a large market opportunity, but on the other hand Indonesia also experiences internal obstacles. Indonesia still has threats and weaknesses, but there are also a number of strengths and opportunities that can be exploited for the development of Indonesian cloves. Indonesia is able to take advantage of and optimize existing opportunities through improvement by overcoming weaknesses, namely improving quality is one way to develop cloves so that clove prices become better. Farmers usually don't think about the quality of the cloves they produce so they: (1) don't do the right things after harvest (2) don't do a good clove flowering process (3) don't choose good seeds so the quality of the clove seeds becomes poor, the problem faced by farmers is not using quality seeds that make plants susceptible to disease and produce less than optimal production. The use of cloves increases if it is used apart from the cigarette industry, namely in the food and beverage industry, cosmetic industry, pharmaceutical industry and other chemical industries. The food industry uses clove oil as a flavoring or flavor enhancer for food. Cloves are usually used to make soups such as stews, curries and curries. In addition, cloves can also be used to make pastries such as nastar. With greater utilization of cloves, coupled with an increase in the quality of cloves, the price of cloves will be better, so that it will bring prosperity to clove farmers and give Indonesia's reputation as a world producer of cloves.

Medienart:

E-Book

Erscheinungsjahr:

2023

Erschienen:

S.l.: SSRN ; 2023

Sprache:

Indonesisch

Beteiligte Personen:

Sari, Ursila Wiwin [VerfasserIn]
Sari, Dyana [VerfasserIn]
Rofiatin, Umi [VerfasserIn]

Links:

ssrn.com [kostenfrei]
doi.org [kostenfrei]

Themen:

Clove

Anmerkungen:

Nach Informationen von SSRN wurde die ursprüngliche Fassung des Dokuments January 17, 2023 erstellt

Umfang:

1 Online-Ressource (59 p)

doi:

10.2139/ssrn.4326423

funding:

Förderinstitution / Projekttitel:

PPN (Katalog-ID):

1845202015